PENGETIAN FOTOGRAFI,VIDIOGRAFI
BESERTA ANGLE KAMERANYA
Assalam mualaikum wr.wb...
Perkenalkan nama saya Esa dwi...😊
bagaimana kabar teman-teman sekalian,saya doakan semoga semuanya sehat wal'afiat..
aminn yarobba alamin..
kali ini saya akan menerangkan apa itu fotografi,vidiografi,dan contoh angle-angle kameranya
bagi kalian yang suka berfoto atau merekam vidio kaian juga harus wajib mengetahui macam-macam angle kameranya ,nahh..dibawah ini ada berbagai rangkuman tentang fotografi,vidiografi dan macam-macam angle kameranya
a.
fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography,
yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" :
Melukis/menulis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto
dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek
tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk
menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan
sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah
dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan
bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan
(selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan
gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat
ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur
intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital di mana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
Fotografi saat ini telah berkembang menjadi sebuah gaya hidup, hal
ini dimulai semenjak munculnya era digital dan berkembangnya sosial
media.
1. High Angle
Untuk mempraktikkan teknik high angle, kamu perlu berada di
posisi atas atau ketinggian, misal di atas gedung, lalu memotret objek
yang berada di bawah, misal orang yang sedang lewat. Dengan teknik high angle, objek akan terlihat lebih kecil dari sesungguhnya, melebar di bagian atasnya dan mengecil ke bawah.
2. Eye Level/Normal Angle
Eye level atau normal angle merupakan teknik pengambilan gambar
yang paling sering dilakukan oleh kebanyakan orang. Sudut pengambilan
gambar ini memposisikan kamera sejajar dengan mata objek sehingga foto
akan terlihat datar. Jika tinggi objek lebih pendek dari kamu, maka kamu
harus membungkuk atau jongkok agar kamera bisa sejajar dengan mata
objek.
3. Low Angle
Low angle dipraktikkan untuk memberikan kesan gagah, agung, dan
dominan suatu objek. Kamu bisa menerapkan low angle untuk memotret objek
yang lebih tinggi dari posisi kamera. Misalnya kamu hendak memotret
kastil yang berada di atas tebing-tebing. Hasilnya, akan tampak suatu
perspektif yang mengerucut ke bagian atas.
4. Bird Eye
Sekilas teknik bird eye mirip-mirip dengan high angle. Namun jika diperhatikan lebih detail, keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas. Bird eye memberikan kesan yang melebar dan tidak memfokuskan pada suatu objek tertentu. Contoh dari penerapan bird eye yaitu foto landscape atau cityscape yang dipotret dari ketinggian.
5. Frog Eye
Jika kamu pernah melihat foto dengan tampilan yang seperti menyentuh lantai atau tanah, maka itulah yang disebut dengan frog eye. Untuk menerapkan frog eye, kamera harus diletakkan pada posisi yang sangat rendah. Misalnya kamu hendak memotret sepatu sneakers, maka kamera diletakkan sejajar dengan sepatu tersebut. Teknik ini terbilang susah diterapkan untuk kamera yang tidak memiliki flexible LCD karena kamu kesulitan untuk untuk melihat LCD dan cukup mengandalkan intuisi ketika memotret.
Sudut-sudut pengambilan gambar di atas merupakan cara memotret agar foto
kamu terlihat makin bagus. Mungkin objek yang kamu bidik biasa saja.
Namun, dengan pemilihan angle yang tepat, foto yang dihasilkan akan memiliki nilai estetika yang tinggi dan memberikan kesan yang lebih kuat.
A.PENGERTIAN VIDIOGRAFI
Sebelum kita bahas lebih jauh tentang videografi, mari kita pahami dulu
apa itu videografi? ada berapa macam videografi? alat apa saja yang kita
butuhkan untuk memproduksi hingga mengemas sebuah karya videografi?
Videografi adalah media untuk merekam suatu moment/kejadian yang
dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat kita nikmati
dikemudian hari baik sebagai sebuah kenangan ataupun sebagai bahan
kajian untuk mempelajari apa yang sudah/pernah terjadi.
Videografi sendiri banyak digunakan oleh berbagai kalangan untuk
berbagai kepentingan. Mulai dari individu hingga kelompok. Bahkan setiap
negara dapat dipastikan memiliki arsip tentang sejarah negaranya yang
berupa video.
Seiring dengan perkembangan jaman dan dengan memanfaatkan kecanggihan
teknologi terkini videografi dapat dinikmati dengan berbagai cara dan
berbagai format pun ditawarkan oleh para ahli teknologi di dunia. Saat
ini ada 2 jenis video yang teredia yaitu analog dan digital.
Seorang videografer dikategorikan atau mengkategorikan diri menjadi 2,
yakni videografer amatir dan videografer profesional. Amatir atau
Profesional, sebetulnya hanyalah istilah dan status semata. Sayangnya,
seolah ada anggapan jika videografer amatir hasilnya pasti tidak bagus.
Dan karena merasa hanya amatiran, seseorang merasa sah-sah saja jika
rekaman videonya tidak bagus. Sebaliknya, ada anggapan bahwa videografer
profesional pasti bisa menghasilkan gambar-gambar yang bagus. Belum
tentu seperti itu.
Dalam dunia videografi – sebagaimana berlaku juga dalam bidang lain –
profesionalisme sebetulnya lebih merupakan prinsip dan itikad bagaimana
kita bekerja dan berkarya secara sempurna dengan kaidah, mekanisme dan
standar kualifikasi tertentu.
Para videografer profesional yang menjadikan videografi sebagai sebuah
profesi, atau setidaknya yang menyebut dirinya videografer profesional,
sebetulnya belum tentu menghasilkan gambar-gambar yang bagus (banyak
contoh bisa dilihat di layar televisi, khususnya televisi lokal).
Sebaliknya, meski hanya ditujukan untuk kepentingan nonprofit dan
sekedar kesenggangan, belum tentu seorang videografer amatir tidak bisa
menciptakan gambar-gambar dengan citarasa profesional. Artinya,
professional look bisa didapat oleh siapa saja.
Kemudahan yang disediakan oleh perkembangan teknologi videografi
digital, membuat setiap orang mampu (atau merasa mampu) melakukan apa
saja selama piranti tersedia, meski terkadang mengabaikan atau tidak
menyadari prinsip-prinsip dasarnya, baik secara teknis maupun estetis.
Begitu juga dalam hal piranti videografi. Profesionalisme tidak
dibedakan oleh jenis kamera yang digunakan. Apakah karya videografi Anda
akan berkesan amatir atau profesional, sangat tidak tergantung pada
jenis dan standard kamera yang digunakan. Piranti hanya membatasi untuk
apa hasil akhir akan digunakan. Inipun tidak mutlak benar. Dalam kondisi
tertentu (dalam aktifitas jurnalistik, misalnya), terkadang tujuan
profesional dapat dipenuhi dengan piranti videografi amatir (bahkan oleh
videografer amatir dengan teknik videografi amatiran). Sebaliknya,
meski hanya menggunakan kamera amatiran, Anda tetap bisa menghasilkan
gambar-gambar yang menarik dengan citarasa profesional.
Teknik Pengambilan Gambar
Teknik Pengambilan Gambar
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perangkat kamera. Sebelum melakukan shooting ada baiknya jika seorang juru kamera persiapan-persiapan sebagai berikut:
- ·Penguasaan
terhadap perangkat kamera yang akan digunakan. Sebaiknya mengikuti
aturan penggunaan yang tertulis pada manual book. Pahami kelebihan dan
kekurangannya.
- Setelah paham dengan seluk beluk kamera, pahami juga adegan apa dan teknik yang bagaimana yang diinginkan.
- Membuat breakdown peralatan yang akan digunakan seperti baterai, mikrofon, kabel extension, dll.
- Pastikan baterai dalam kondisi prima dan penuh, dan semua fasilitas di kamera berjalan dengan baik.
Dalam kegiatan produksi video/ film, terdapat
banyak jenis kamera yang digunakan. Pembagian jenis kamera video/ film
dibedakan atas media yang digunakan untuk menyimpan data (gambar &
suara) yang telah diambil.
Seperti halnya pada fotografi, gambar yang telah
diambil disimpan pada gulungan film. Namun pada kamera jenis ini,
disamping gulungan film juga terdapat pita magnetik untuk menyimpan data
suara. Dalam 1 detik pengambilan gambar, dibutuhkan sekitar 30 frame
film. Adapun jenis film yang digunakan adalah film positif (slide),
dimana untuk melihat isinya harus dicuci terlebih dulu di laboratorium
film dan diproyeksikan dengan menggunakan proyektor khusus.
Kamera jenis ini menyimpan data gambar dan suara pada pita magnetik. Secara umum terdapat 2 jenis kamera :
Analog (AV)
Data yang disimpan sebagai pancaran berbagai kuat
sinyal (gelombang) pada pita kamera perekam. Macam kamera jenis ini
antara lain VHS, S – VHS, 8mm, dan Hi – 8.
Digital (DV)
Kamera perekam video digital menyimpan data dalam
format kode biner bit per bit yang terdiri atas rangkaian 1 (on) dan 0
(off). Jenis kamera ini antara lain mini DV, dan Digital 8.
Secara umum bagian-bagian kamera video terdiri atas :
1. Baterai untuk catu daya
2. Tempat kaset
3. Tombol Zoom
4. Tombol Recorder
5. Port Output video / audio (bisa berupa analog ataupun digital)
6. Cincin Fokus
7. Jendela preview (View Fender)
8. Mikrofon
9. Tombol kontrol cahaya
10. Tombol Player (untuk memainkan kembali video).
11. Terminal DC Input.
Selain itu juga banyak terdapat fasilitas–fasilitas
tambahan yang berbeda antara kamera satu dengan kamera lainnya.
Fasilitas itu antara lain lampu infra merah untuk pengambilan gambar
pada tempat yang gelap, edit teks langsung dari kamera, efek-efek video
lain, slow motion dan masih banyak lagi.
Pengambilan gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara:
· Bird Eye View
Teknik
pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di
atas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan
benda-benda lain tampak kecil dan berserakan.
· High Angle
Sudut
pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat
kecil. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”.
· Low Angle
Sudut
pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi
terlihat besar. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/ prominance, berwibawa, kuat, dominan.
· Eye Level
Sudut
pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan
tangkapan pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan
dramatis melainkan kesan wajar.
· Frog Eye
Sudut
pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar
kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata
penonton mewakili mata katak.
Ukuran gambar biasanya dikaitkan dengan tujuan
pengambilan gambar, tingkat emosi, situasi dan kodisi objek. Terdapat
bermacam-macam istilah antara lain:
· Extreme Close Up (ECU/XCU) : pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.
· Big Close Up (BCU) : pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu.
· Close Up
(CU) : gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang
terlihat seperti hanya mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu
baru
· Medium Close Up : (MCU) hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas.
· Medium Shot
(MS) : pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang
terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas).
· Knee Shot (KS) : pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut.
· Full Shot (FS) : pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki.
· Long Shot (LS) : pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.
· Medium Long Shot
(MLS) : gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya
terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang
maka tampak dari kepala sampai lutut.
· Extreme Long Shot (XLS):
gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek
lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi
objek tersebut terhadap lingkungannya.
· One Shot (1S) : Pengambilan gambar satu objek.
· Two Shot (2S) : pengambilan gambar dua orang.
· Three Shot (3S) : pengambilan gambar tiga orang.
· Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang.
Gerakan kamera akan menghasilkan gambar yang berbeda. Oleh karenanya maka dibedakan dengan istilah-istilah sebagai berikut:
· Zoom In/ Zoom Out : kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming yang ada di kamera.
· Panning : gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod.
· Tilting : gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk.
· Dolly : kedudukan kamera di tripod dan di atas landasan rodanya. Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak menjauh.
· Follow : gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak.
· Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane.
· Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling menggantikan secara bersamaan.
· Framing : objek berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki bingkai dan frame out jika keluar bingkai.
Teknik pengambilan gambar tanpa menggerakkan kamera, jadi cukup objek yang bergerak.
· Objek bergerak sejajar dengan kamera.
· Walk In : Objek bergerak mendekati kamera.
· Walk Away : Objek bergerak menjauhi kamera.
Teknik ini dikatakan lain karena tidak hanya
mengandalkan sudut pengambilan, ukuran gambar, gerakan kamera dan objek
tetapi juga unsur- unsur lain seperti cahaya, properti dan lingkungan.
Rata-rata pengambilan gambar dengan menggunakan teknik-teknik ini menghasilkan kesan lebih dramatik.
· Backlight Shot: teknik pengambilan gambar terhadap objek dengan pencahayaan dari belakang.
· Reflection Shot: teknik pengambilan yang tidak diarahkan langsung ke objeknya tetapi dari cermin/air yang dapat memantulkan bayangan objek.
· Door Frame Shot: gambar diambil dari luar pintu sedangkan adegan ada di dalam ruangan.
· Artificial Framing Shot: benda misalnya daun atau ranting diletakkan di depan kamera sehingga seolah-olah objek diambil dari balik ranting tersebut.
· Jaws Shot: kamera menyorot objek yang seolah-olah kaget melihat kamera.
· Framing with Background: objek tetap fokus di depan namun latar belakang dimunculkan sehingga ada kesan indah.
· The Secret of Foreground Framing Shot: pengambilan objek yang berada di depan sampai latar belakang sehingga menjadi perpaduan adegan.
· Tripod Transition: posisi kamera berada diatas tripod dan beralih dari objek satu ke objek lain secara cepat.
· Artificial Hairlight: rambut objek diberi efek cahaya buatan sehingga bersinar dan lebih dramatik.
· Fast Road Effect: teknik yang diambil dari dalam mobil yang sedang melaju kencang.
· Walking Shot:
teknik ini mengambil gambar pada objek yang sedang berjalan. Biasanya
digunakan untuk menunjukkan orang yang sedang berjalan terburu-buru atau
dikejar sesuatu.
· Over Shoulder :
pengambilan gambar dari belakang objek, biasanya objek tersebut hanya
terlihat kepala atau bahunya saja. Pengambilan ini untuk memperlihatkan
bahwa objek sedang melihat sesuatu atau bisa juga objek sedang
bercakap-cakap.
· Profil Shot
: jika dua orang sedang berdialog, tetapi pengambilan gambarnya dari
samping, kamera satu memperlihatkan orang pertama dan kamera dua
memperlihatkan orang kedua.